Sabtu, 31 Agustus 2013

METODE PENGAJARAN YANG BAIK

 

(Under Construction)

Lagi-lagi.. Sudah tanggal 31 Agustus tapi belum ada satu artikel-pun yang terposting.. Alias belum ada satu pun artikel yang terpublish di blog sederhana ini di bulan Agustus 2013.. <:-) Yah, beginilah kalau mood menulis terhambat dengan kemampuan berpikir otak yang sedang lagi down.. Entah kenapa dalam beberapa minggu belakangan ini saya memang sukar sekali untuk menuangkan ide pikiran ke dalam bentuk sebuah tulisan. Ide sebenarnya sudah ada, tapi ketika akan dituangkan dalam sebuah tulisan, kok sepertinya susah.. Entahlah, tidak seperti biasanya.. Padahal saya sudah menyiapkan dua tulisan tentang “pengecekan tulangan sengkang beton Sap2000” dan tulisan tentang “perjalanan mudik lebaran dengan menggunakan Google Maps” di awal bulan Agustus ini.. Namun nampaknya kedua tulisan tersebut harus saya pending dahulu agar tidak mengecewakan pembaca iseng blog ini..

Oleh karena itu sebagai gantinya saya akan memposting sebuah tulisan yang pernah saya buat di “Catatan Facebook” saya. Saya pikir isi tulisan tersebut bakal berguna bagi siapa saja, terutama bagi tenaga pendidik seperti dosen atau guru, ataupun siapa saja yang memiliki minat untuk men-transfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Tentunya ilmu di sini bukan bangsanya ilmu macan mengaum lo ya.. He2..

Tulisan ini memang sudah lama, namun karena saya mempostingnya di Facebook, pastinya tidak banyak orang yang akan menemukan dan membacanya kecuali teman-teman saya sendiri atau seseorang yang kebetulan ingin “mengintip” profil Facebook saya.. He2.. Sok ge’er amat yak.. Padahal apa yang mau diintip.. :-D

Walaupun begitu saya tetap tidak akan menyajikannya sama persis seperti catatan yang diposting di Facebook saya itu. Tentu harus ada perbaikan agar memiliki nilai lebih. Selain itupun dulu ketika saya menulis catatan tersebut juga dalam kondisi yang santai, alias tidak terlalu serius. Intinya yang penting ide tersampaikan (mungkin begitu dulu pikiran saya). Sehingga tidak heran jika hasilnya pun lumayan berantakan. He2.. Kalau sekarang masih mau diposting lagi di sini? Ya harus ada perbaikan. Masak udah copy paste tapi isinya masih gitu-gitu aja.. Malu dong sama mbok Darmi.. he2..

Oke kalau begitu langsung saja ya, berikut tulisannya:

METODE PENGAJARAN YANG BAIK

Saya yakin semua orang yang pernah makan di atas meja dan kursi pendidikan pernah merasa sulit memahami suatu penjelasan entah itu dari seorang guru/dosen atau dari sebuah buku-buku pelajaran. Lalu jika pernah, siapa yang biasanya anda salahkan? Diri anda sendiri? Ataukah sang pengajar itu sendiri (termasuk menyalahkan penulis buku yang anda baca)? Atau bahkan pembantu anda sendiri yang anda salahkan? Jika hal tersebut ditanyakan kepada diri sendiri, maka kebanyakan dari kita akan menyalahkan diri sendiri dalam menyikapi permasalahan ini. Tentu saja sikap ini sebenarnya sikap yang baik, karena efek positif dari sikap ini adalah kita akan terpacu untuk berjuang melawan rintangan yang ada. Kita akan berusaha intropeksi ke dalam untuk mencari kekurangan yang ada di dalam diri kita. Entah berhasil atau tidak, itu masalah nomor dua.. Di sini terkesan kita menerima segala sesuatu apa adanya. Apakah yang kita terima itu sudah baik atau belum, kita tidak ambil pusing. Namun, di luar itu ternyata ada hal penting yang sering kita lupakan, yaitu bersikap kritis terhadap sesuatu yang menjadi sumber penjelasan ilmu tersebut. Contohnya seperti mengkritisi metode pengajaran seorang guru/dosen ataupun metode penjelasan seorang penulis dalam sebuah buku pelajaran. Ingat, yang dikritisi adalah metode pengajarannya, bukan ilmunya itu sendiri.

Tidak dapat dipungkiri, menjadi pengajar yang baik bukanlah perkara yang mudah. Banyak hal yang harus dipahami dan dikuasai untuk dapat menjelaskan suatu ilmu secara baik kepada orang lain. Pada tulisan ini saya akan melihat permasalahan ini dari sudut pandang pribadi sebagai pihak yang pernah mendapatkan pengajaran, baik dari seorang tenaga pengajar (seorang guru/dosen) ataupun dari buku2 tertulis.

Kebetulan saya suka memburu buku-buku Teknik Sipil, terutama untuk buku yang membahas struktur bangunan. Ya bagaimana tidak, saya bekerja di bidang ini, maka otomatis saya perlu/harus memiliki banyak buku sebagai referensi penyelesaian berbagai masalah yang ada. Dan dari banyak buku teknik sipil yang saya miliki, hanya ada beberapa buku yang sangat saya sukai karena penjelasan (bahasa) nya yang sangat mudah dipahami dan penyajiannya yang menarik (disertai ilustrasi yang simpel namun baik dan penjelasan terhadap hal-hal kecil (konsep dasar) yang menarik dan penting untuk dipahami). Jujur, saya mendapatkan banyak pencerahan dari buku ini. Buku ini semakin menyadarkan saya bahwa sebenarnya tidak ada ilmu yang sulit untuk dipahami. Namun ketika suatu ilmu menjadi sulit dipahami saya pikir hal itu terjadi salah satunya karena metode pengajarannya yang kurang baik. Dilematisnya, buku-buku bermutu itu kebetulan semuanya adalah buku terjemahan, alias buku luar negeri yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Tentu saja penulisnya adalah orang luar (bukan orang kita). Dan fakta berkata, buku-buku luar negeri memang jauh lebih berbobot isinya. Contoh simpelnya? Ya silahkan saja bandingkan SNI Baja kita dengan AISC. Bahkan Pak Wiryanto Dewobroto sendiri mengakui hal tersebut dan pernah mengulas soal “kemiskinan” SNI Baja kita.

Menariknya, di Jepang bahkan ada institusi yang bergerak di bidang penerjemahan buku. Dan menurut pengalaman orang yang pernah tinggal di Jepang, buku terjemahan ini harganya lebih murah daripada harga buku bahasa aslinya. Tidak heran kenapa iptek di negara Jepang bisa maju, mungkin karena hal ini juga. Dan ini juga menjawab kenapa walaupun banyak orang Jepang tidak bisa berbahasa inggris, namun secara iptek mereka dapat menjadi sama/lebih baik. Sistem pendidikan di Indonesia perlu meniru apa yang dilakukan oleh Jepang ini jika ingin bangsa kita lebih maju. Kita harus menyadari kekurangan dan berupaya mengejarnya dengan cara yang efektif dan cerdas, bukannya malah berlomba untuk menyaingi negara-negara maju di atas Sumber Daya Manusia yang masih lemah. Apa susahnya menyediakan APBN beberapa puluh milyar hanya untuk menggaji orang-orang pintar yang mampu menterjemahkan buku-buku iptek dengan baik? .

Oke, lalu bagaimana cara menjelaskan sesuatu dengan baik? Berikut adalah 7 hal penting menurut analisa saya guna tercapainya pengajaran yang baik:

1. Bahasa

Walaupun kita semua selalu menggunakan bahasa indonesia setiap hari, namun belum tentu bahasa yang kita gunakan sudah baik dan benar. Bayangkan jika seseorang tidak memiliki kemampuan bahasa yang baik, tentunya kita akan sulit menangkap apa yang ingin diutarakan olehnya. Penguasaan bahasa yang baik adalah hal utama yang harus dimiliki untuk dapat menjelaskan sesuatu secara baik pula. Hal ini kita pelajari sedari kecil melalui pelajaran Bahasa Indonesia, seperti sistem SPOK, penggunaan tanda baca titik koma, dll. Penulis yang cerdas akan membuat permasalahan yang sulit dipahami menjadi mudah dipahami, bukan kebalikannya.

2. Logika

Untuk memahami sesuatu, mutlak unsur logika harus terpenuhi. Segala penjelasan harus masuk akal dan dapat dipahami benang merah antar unsur yang terkait serta memiliki keteraturan yang sistematis. Ilmu eksak tanpa logika adalah mustahil, karena dasar dari segala ilmu eksak adalah logika.

3. Analogi

Ini yang sering dilupakan. Analogi adalah hal penting yang membantu kita berlogika dengan baik. Logika tanpa analogi akan menjadikan suatu ilmu menjadi momok yang menakutkan. Analogi ibarat kunci yang berfungsi membuka pintu yang sukar dibuka. Jangan lupakan memberikan analogi yang tepat dalam menjelaskan sesuatu hal yang awalnya terkesan abstrak. Analogi dapat membantu kita memahami sisanya tanpa bantuan penjelasan sama sekali, itulah hebatnya penjelasan disertai dengan analogi.

4. Visualisasi

Bandingkan antara membaca komik dengan membaca buku pelajaran yang isinya hanya tulisan saja tanpa ada gambar sama sekali. Manakah yang lebih menarik? Pasti lebih menarik komik. :-) Selain dapat membuat isi buku menjadi menarik, bantuan visualisasi juga dapat membantu memahami sesuatu menjadi jauh lebih cepat dan lebih baik, jadi jangan lupakan bantuan visualisasi dalam menyampaikan sesuatu agar lebih mudah dipahami.

5. Fallacy (Kesalahan)

Ini juga sering dilupakan. Memahami kesalahan2 atau poin2 penting yang dapat berakibat besar terjadinya suatu kesalahan juga adalah salah satu cara memahami sesuatu dengan baik. Ada kalanya kita terlena dalam mempelajari sesuatu karena kita belum dapat merasakan betapa pentingnya hal2 kecil yang kita anggap remeh yang dapat berakibat menjadi kesalahan fatal. Hanya orang2 yang berpengalaman yang dapat memberikan petunjuk poin2 penting / rambu2 untuk diperhatikan, karena mereka telah belajar dari kesalahan. Tentunya kesalahan2 yang telah terjadi tidak perlu diulang kembali, jika tidak demikian, maka ilmu akan berjalan ditempat karena setiap orang akan melakukan kesalahan yang sebenarnya dapat dihindari.

6. History (Sejarah)

Jangan samakan sejarah yang saya maksud dengan buku2 ilmu sejarah waktu kita sekolah di bangku smp dan sma..  sejarah yang saya maksud  adalah sejarah yang benar2  menceritakan  proses terciptanya suatu ilmu dari  A  sampai Z, baik sisi kegagalan maupun keberhasilannya. Banyak sejarah2 penting  tentang kegagalan tidak sampai pada telinga kita.Yang kita dengar hanya si A penemu ini, Si B penemu itu, dll. seolah-olah  mereka dapat berhasil tanpa  melalui  perjuangan panjang  dan keras  serta kegagalan. Bahkan secara tidak sadar, kita menganggap apa yang mereka lakukan tidak mungkin dicapai sama sekali oleh kita, karena mereka kita anggap sebagai manusia setengah dewa yang diberi kelebihan  khusus oleh Tuhan. Padahal  jika kita mau memahami proses yang terjadi dibaliknya, mereka juga manusia biasa seperti kita yang  juga mengalami kesulitan dan kegagalan. Yang membedakan kita dengan mereka adalah kultur  budayanya. Kebudayaan mereka adalah berpikir, sedangkan kebudayaan kita kebanyakan adalah hanya " berzikir" (berdoa).

7. Practical

Maksud saya adalah hal2 praktis. Banyak penjelasan di buku2 ilmu eksak (tulisan lokal) yang tidak memberikan informasi tentang hal2 praktis yang berhubungan dengannya. Padahal hal-hal praktis adalah hal2 yang sering ditanyakan oleh orang2 awam ketika menyikapi suatu permasalahan. Terdengar sepele, namun jika kita luput untuk memperhatikan, maka siap2 saja kita dianggap tidak kompeten, walaupun sebenarnya hal2 praktis tersebut bukanlah hal yang esensial untuk dipermasalahkan.

(Under Construction)