Minggu, 15 Juni 2014

Jokowi for President

 

Wow… sudah lama sekali saya tidak menulis di blog ini…Sudah lebih dari setengah tahun lamanya terhitung sejak 30 November 2013.. hee..

Oke.. Pada kesempatan kali ini, karena situasi politik di negara kita sedang hangat2nya menyambut pesta demokrasi Pemilu Presiden yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 nanti, saya ingin memberikan sumbangsih tulisan berupa dukungan kepada salah satu pasangan capres-cawapres yang saya anggap paling layak untuk memimpin bangsa Indonesia, yaitu pasangan capres-cawapres Jokowi-JK. Namun di tulisan ini saya akan lebih fokus untuk membahas persaingan sosok capresnya saja, yaitu antara capres dengan nomor urut 1; Prabowo, dengan capres dengan nomor urut 2; Jokowi.

Sebelumnya, saya harap para pembaca dan seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak untuk memilih nantinya untuk tidak memilih sikap “golput” ketika hari pencoblosan. Hal itu kita lakukan sebagai wujud kepedulian kita terhadap nasib bangsa ini ke depan. Nasib bangsa ini benar-benar ada di tangan kita. Golput tidak akan membawa manfaat apapun bagi negeri ini, karena dengan golput sebanyak apapun, salah satu dari calon presiden tetap akan menjadi presiden bagi kita semua. Bayangkan, hidup kita selama 5 tahun ke depan secara garis besar akan tergantung dari kebijakan2 presiden yang terpilih nantinya. Sungguh celaka jika presiden yang terpilih nantinya adalah presiden yang tidak memiliki hati dan niat yang baik. Oleh karenanya, lebih baik kita memilih yang terbaik dari yang ada agar negara ini dapat dipegang oleh orang yang tepat.

Ingat, golput tidak akan menyelesaikan masalah. Golput juga tidak akan mampu merubah keputusan terpilihnya seorang Presiden nantinya. Gunakan semaksimal mungkin sarana (Pemilu) yang ada sekarang ini untuk menentukan nasib bangsa Indonesia. Banyak orang yang golput karena pesimis dan terlalu idealis. Idealistis itu bagus dan baik, tetapi juga harus diimbangi dengan sikap yang realistis. Kalau tidak ada nasi, ya makan tiwul! Jangan hanya karena tidak ada nasi lalu memilih untuk tidak makan apa-apa. Itu manja dan konyol namanya.

Tetaplah tentukan pilihan walaupun tidak ada calon presiden yang dianggap sempurna. Lagipula, bukankah memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini? Walaupun kandidat presiden yang ada memang bukan manusia yang sempurna (yang katanya kesempurnaan hanya milik Tuhan), kita harus memilih capres yang terbaik dari yang ada. Pilihlah capres yang memiliki rekam jejak yang baik dan “ketidaksempurnaan perilaku” yang minim. Jangan sampai memilih capres hanya karena janji2 kampanye dan kata-kata manis yang diucapkan. Fakta berbicara bahwa banyak politikus yang mampu dan ahli dalam berbicara, namun nihil/minim dalam mengimplementasikan ucapan/janji2 politiknya. Kita harus mengecek janji2 dan kata-kata manis tersebut dari rekam jejaknya selama ini, apakah apa yang dijanjikan sinkron dengan pola pikir dan sikap2nya selama ini atau tidak.

“Selain itu, Anies juga tidak yakin untuk memilih Prabowo karena sudah terlalu banyak bicara visi dan misi selama lima tahun terakhir. "Buat saya itu malah justru membuat saya makin yakin untuk tidak memilih orang yang sudah lima tahun menghabiskan uang enggak tahu berapa jumlahnya selama lima tahun berturut-turut, beriklan, untuk sebuah posisi, seakan-akan hidup itu hanya untuk jadi presiden," paparnya.” (sumber)

Dan janganlah memilih capres dengan cara “gambling” seperti halnya orang berjudi. Contohnya adalah kita sama sekali belum memiliki informasi rekam jejak atau bukti sedikitpun tentang bagaimana cara Prabowo memimpin suatu rakyat dalam lingkup pemerintahan yang kecil (entah menjadi seorang walikota, bupati, camat, gubernur, dll.). Karir kepemimpinannya murni hanya ada di dalam lingkup kemiliteran dan keluarga. Dan ironisnya, karirnya itupun harus berakhir dengan pemecatan karena kasus kriminal (sumber1 & sumber2) dan rumah tangganya juga harus berakhir dengan perceraian. Prabowo jelas belum pernah berkarir sebagai petugas pemerintahan sama sekali, ini sangat berbeda dengan Jokowi yang telah memiliki banyak pengalaman di dalam dunia pemerintahan. Dan bahkan tidak hanya itu, selama karir pemerintahannya, Jokowi telah meraih banyak prestasi dan penghargaan (sumber1 & sumber2).

Apa yang Prabowo suarakan dan janjikan mungkin memang terdengar indah di telinga, tetapi Prabowo belum memiliki satu rekam jejakpun dalam kiprah pemerintahan di masyarakat ini untuk kita jadikan sebagai bahan penilaian dan pertimbangan. Jika kita memilih seorang capres hanya karena ucapannya saja (bukan berdasarkan rekam jejak), bukankah sama saja kita mengulangi kesalahan2 yang lalu (tertipu oleh ucapan2 manis politikus)?

Tetapi apakah ucapan seorang capres benar atau tidak tentu saja bukan di situ poin permasalahan intinya. Kenapa? Jelas karena kita tidak bisa membuktikan ucapan mereka benar-benar diwujudkan atau tidak sebelum mereka benar-benar menjadi presiden. Maka, poin terpentingnya adalah; ada tidaknya “rekam jejak” yang dapat kita jadikan sebagai bahan pertimbangan dan penilaian. Ini diibaratkan seperti pepatah; “jangan membeli kucing di dalam karung”. Bagaimana mungkin kita mau membeli kucing di dalam “karung yang berkemasan baik”, sedangkan di sampingnya ada kucing yang tidak terbungkus di dalam karung namun memiliki kualitas yang benar-benar baik (dapat diamati dan dibuktikan secara langsung)? Saya kira hanya orang bodoh yang akan membeli kucing dalam karung hanya karena penampakan karung pembungkusnya yang menarik hati dan lalu mengabaikan minimnya informasi tentang kualitas kucing yang terbungkus di dalam karung tersebut. Apalagi dengan mengabaikan beberapa informasi yang tersebar selama ini bahwa kucing di dalam karung tersebut memiliki kualitas yang jelek. Berhati-hatilah jika kita melakukan hal tersebut. Berhati-hatilah.. Resikonya sangat besar. Kita bisa tertipu..

Lalu, kenapa saya memilih Jokowi? Sudah jelas. Jokowi memiliki rekam jejak yang sangat banyak dan sangat baik di masa kepemimpinannya selama ini. Ibaratnya, saya tidak sedang membeli kucing di dalam karung. Jokowi ibarat kucing yang sudah terbukti memiliki kualitas yang baik dan tidak terbungkus di dalam karung. Selain itu, yang terutama adalah Jokowi memiliki sikap yang tegas dalam memimpin. Ketegasan tidak bisa dinilai dari pembawaan Jokowi yang santai dan terlihat kurang berwibawa. Dibalik sikapnya yang “easy going”, Jokowi adalah sosok pemimpin yang sangat tegas. Jokowi tidak segan untuk memecat orang yang tidak berkompeten dan bermasalah (sumber). Ketegasannya juga terlihat bagaimana Jokowi bersikukuh untuk mempertahankan Lurah Susan di Lenteng Agung walaupun ada pihak masyarakat yang menentang keputusan Jokowi (sumber). Ketegasan lain yang ditunjukkan Jokowi juga bisa kita lihat dari bagaimana sikap Jokowi yang dengan tegas menolak koalisi transaksional sehingga Partai Golkar tidak jadi merapat ke PDI-P (sumber1, sumber2, sumber3).

Lalu kenapa saya tidak memilih Prabowo? Selain sosok Prabowo masih banyak menyisakan misteri yang belum terungkap dan rekam jejaknya yang tidak baik, banyak sikap dan kata-kata Prabowo yang tidak cocok dengan hati dan pikiran saya. Contohnya adalah sebagai berikut:

1. Menghalalkan koalisi transaksional (bagi2 kekuasaan & jabatan).

Sudah kita ketahui bahwa Partai Golkar tidak jadi merapat ke PDI-P karena partai bergambar pohon beringin tersebut menginginkan koalisi bagi-bagi kekuasaan/kursi (sumber1). Sehingga sudah jelas kenapa Partai Golkar (setelah ditolak PDI-P) akhirnya merapat ke Partai Gerindra. Ini logika yang sangat mudah. Bahkan tidak hanya itu saja, Prabowo bahkan menjanjikan suatu kedudukan kepada Aburizal Bakrie sebagai “menteri utama” (sumber). Suatu kedudukan yang diada-adakan hanya untuk memperoleh dukungan dan bahkan bertentangan dengan konstitusi (sumber). Di sini kita bisa melihat bagaimana ambisiusnya Prabowo untuk menjadi Presiden dengan menghalalkan berbagai cara. Terlihat juga sikap ketidaktegasan Prabowo yang tidak bisa menolak partai yang ingin bekerja sama dengan cara bagi-bagi kekuasaan. Apakah ini yang dinamakan ketegasan? Saya kira tidak. Jokowi terbukti lebih tegas daripada Prabowo. Jokowi memiliki ketegasan untuk menolak hal-hal yang tidak baik.

Apakah hanya Aburizal Bakrie yang ditawari posisi jabatan menteri oleh Prabowo? Ternyata tidak juga. Untuk mengejar ambisinya menjadi presiden, Prabowo juga menawarkan sebuah posisi menteri kepada Mahfud MD agar mau menjadi Ketua Tim Suksesnya (sumber). Mahfud MD adalah salah satu orang yang dikecewakan oleh Partai PKB (yang berkoalisi dengan PDI-P untuk mendukung pasangan Jokowi-JK) karena dia tidak jadi dipilih sebagai cawapres Jokowi (sumber1, sumber2). Yang juga menjadi keanehan dan pertanyaan adalah terungkapnya kegalauan Mahfud MD sebelum menerima tawaran Prabowo (sumber). Seakan-akan ada hal yang bertentangan dengan hati nuraninya namun dipaksakan. Ini berbeda sekali dengan sikap Anis Baswedan yang dengan mudah dan tanpa beban untuk menerima pinangan dari kubu Jokowi-JK untuk menjadi salah satu tim suksesnya (sumber youtube).

2. Tidak mendukung proses pemberantasan korupsi oleh KPK.

Sebelum Mahfud MD ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan Prabowo, Suryadharma Ali adalah yang memegang posisi tersebut. Namun naas, tidak terlalu lama, Suryadharma Ali ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka korupsi dana haji (sumber1, sumber2). Namun apa reaksi Prabowo menanggapi kenyataan tersebut? Ini yang mengecewakan. Prabowo justru mengkritik sikap KPK hanya karena unsur perasannya meyakini SDA tidak mungkin berbuat korupsi (sumber1, sumber2). Prabowo tidak legowo dan tidak bersikap gentle untuk mengatakan dan mengakui kesalahan bahwa orang yang ada di belakangnya ternyata adalah orang bermasalah. Terbukti Prabowo tidak pernah belajar dari sejarah bahwa Kementrian Agama pernah menjadi Kementrian Terkorup di Indonesia. Pertanyaannya, dimana ketegasan Prabowo dalam memberantas korupsi? Bagaimana nasib bangsa Indonesia ini jika dipimpin oleh pemimpin yang tidak bisa menindak tegas kasus korupsi yang dilakukan orang dekat/koleganya sendiri?

3. Merangkul ormas kekerasan seperti FPI.

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa FPI adalah salah satu ormas agama yang paling sering melakukan tindak kekerasan dan menodai kerukunan hidup antar umat beragama di negeri ini (sumber1). Namun ironisnya, ormas bermasalah semacam ini justru dirangkul oleh Prabowo (sumber1, sumber2, sumber3). Namun berbeda halnya dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi. Jokowi dengan jelas mengatakan bahwa dia adalah bagian dari Islam yang merupakan Rahmat bagi alam semesta (sumber).

4. Menunda gaji karyawan PT.KIANI Kertas selama 5 bulan

Bagaimana bisa kita percaya bahwa Prabowo serius memperhatikan nasib para buruh jika pekerjanya sendiri tidak diperhatikan hak-haknya selama 5 bulan??.. (sumber1, sumber2) Bayangkan mewahnya kehidupan Prabowo; memiliki dan memelihara kuda senilai milyaran rupiah (sumber1, sumber2, sumber3), pergi kemana-mana menggunakan helikopter (sumber1, sumber2, sumber3), mengeluarkan dana kampanye hingga milyar-an rupiah, dsb. Bagaimana mungkin dia tega hidup bermewah-mewahan seperti itu diatas kesengsaraan nasib pekerjanya sendiri yang harus rela tidak menerima gaji selama 5 bulan? Jika anda percaya Prabowo pro nasib buruh, itu adalah suatu kekonyolan dan kebodohan.

5. Memberantas korupsi dengan menaikkan gaji pejabat?..

Dalam debat capres-cawapres yang diadakan pada hari Senin, tanggal 9 Juni 2014 yang lalu, Prabowo mengatakan bahwa solusi untuk mencegah terjadinya korupsi di pemerintahan adalah dengan cara menaikkan gaji pejabat (sumber1, sumber2, sumber3). Ini sungguh solusi yang tidak cerdas. Apakah Prabowo tidak melihat bahwa pejabat-pejabat yang melakukan korupsi adalah pejabat-pejabat yang justru sudah memiliki kehidupan yang mewah? Sebut saja Gayus Tambunan, mantan Ketua MK Akil Mochtar, Angelina Sondakh, dll. Apakah mereka miskin? TIDAK! Korupsi terjadi karena mental yang lemah dan gaya hidup yang berlebihan.

6. Ketampanan dan kecantikan menentukan kewibawaan polisi.

(sumber1, sumber2). Pola pikir sampah macam mana lagi ini? Saya heran, apakah hanya secetek itu kemampuan Prabowo dalam menganalisa suatu permasalahan? Perlu anda tahu Prabowo, polisi disepelekan selama ini karena polisi dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, sering tidak tegas dalam mengusut kejahatan dan juga bermain uang dalam menangani kasus!

7. Sering melakukan cara tidak benar dan kampanye hitam kepada kubu Jokowi.

Menaikkan citra Prabowo dengan merekayasa data: Sumber1, sumber2.

Memfitnah: Sumber1, Sumber2, Sumber3, Sumber4, dll.

8. Dll.

Saya percaya Tuhan selalu memberikan petunjuk melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dan kejadian alam. Maka, jika kita amati, sejak awal berkoalisi, kubu Prabowo sudah menunjukkan banyak kesan/tanda-tanda negatif dan bermasalah. Seperti Ketua Tim Pemenangan Prabowo, Suryadharma Ali yang terjerat kasus korupsi dana haji, koalisi transaksional dengan mengiming-imingi jabatan yang belum pernah ada sebelumnya di pemerintahan demi memperoleh dukungan, nama calon capres dan cawapres yang disingkat menjadi nama yang berkonotasi negatif; “Pra-HaRa”, bersitegang tentang uang (sumber), banyaknya kampanye hitam (cara-cara licik dan picik) yang dilakukan oleh pendukung Prabowo kepada kubu Jokowi, dll. Percaya atau tidak, hal- hal ini adalah pertanda dari Tuhan bahwa pasangan Prabowo-Hatta akan memiliki pengaruh yang tidak baik bagi bangsa Indonesia ke depannya.

Berikut adalah situs2 yang layak untuk dibaca untuk memperkuat keyakinan anda dalam mendukung Jokowi-JK:

1. ANALISA TULISAN DAN TANDA TANGAN JOKO WIDODO (JOKOWI)

2. MENIMBANG CAPRES INDONESIA 2014 DALAM PERSPEKTIF GRAFOLOGI (ANALISIS 3 : DILIHAT DARI HURUF "a")

3. Prabowo Kembali Sesali Batal Kudeta Habibie

4. Dipimpin Jokowi, Pendapatan DKI Naik Rp 31 Triliun dalam Setahun

Jokowi memang tidak sempurna. Tapi saya yakin Jokowi adalah orang yang lebih pantas dan lebih baik untuk memimpin negeri ini dibandingkan Prabowo. Atas pertimbangan yang sangat rasional di atas, saya dengan tegas dan bulat mendukung pasangan Capres-Cawapres Jokowi-JK untuk dapat menjadi Presiden RI selanjutnya! MERDEKA!! :-)

Tidak ada komentar: